KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

21 December 2015

12/21/2015 07:19:00 AM

Arsitek Museum Tsunami Sambangi Aceh

 
@ridwankamil 


Walikota Bandung Ridwan Kamil berencana akan mengunjungi Banda Aceh pada 26 Desember 2015. Kunjungan itu erat kaitannya dengan peringatan 11 tahun bencana gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada Minggu, (26/12/2004).

Hal itu dikatakan oleh sang arsitek yang kebetulan jadi Walikota Bandung melalui akun instagramnya beberapa hari yang lalu. Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil mengharapkan ia dapat bertemu dengan anak anak muda Aceh.

"Tanggal 26 Desember saya Insya Allah ke Banda Aceh. Semoga bisa bertemu dengan anak2 muda Aceh dan civitas arsitektur di sana" Tulis Emil di akun instagram @ridwankamil.

Dalam postingan itu, RK juga memposting foto Museum Tsunami Aceh (MTA) karya mahdiadama. MTA itu merupakan karya Ridwal Kamil yang dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias pada tahun 2009 dengan anggaran besar, 70 Miliyar.

Rencana kedatangan Dosen Arsitektur Institute Teknologi Bandung (ITB) itu disambut cukup positif oleh pengikut instagram Kang Emil yang mencapai 2juta lebih. Umumnya komentar positif dari insta Aceh yang ingin bertemu RK dan dapat memberikan energi positif bagi Aceh.

Ada komentar lucu dan menarik dari pengguna insta yang lain, semisal mengharapkan Walikota Bandung itu untuk menjadi Walikota Banda Aceh.

Ridwan Kamil direncanakan akan menjadi pemateri pada Seminar Nasional Pembangunan Berkelanjutan Dalam Rangka Peringatan Tsunami di Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala, Sabtu (26/12/2015).

Semoga kehadiran Pak Read One Ka Milk ke Banda Aceh nanti dapat memberikan sesuatu hal baru bagi para jomblo-jomblo Aceh untuk tahan banting terhadap segala kesepian dan godaan mantan. []

15 December 2015

12/15/2015 09:44:00 PM

Sutan Riska, Bupati Termuda di Indonesia



Bupati Termuda di Indonesia
| Bicara Provinsi Sumatera Barat tentu tak bisa dilepaskan Kabupaten Dharmasraya. Menurut situs resmi Pemerintah Kabupaten Dharmasraya terbentuk pada tahun 2003 hasil pemekaran dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Padang adalah penghasil warung nasi terbanyak seluruh Indonesia. Padang terkenal dengan nasinya, dan lebih hebat lagi provinsi ini memiliki identitas rumah gadang pada tiap gedung pemerintah/swasta.

Pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu telah melahirkan pemimpin usia muda di Indonesia. Dia adalah Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Walau belum ada keputusan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat, informasi yang beredar di media sudah bisa dipastikan pasangan ini  mendapat suara terbanyak pemilih di Kabupaten Dharmasraya, demikian  menurut hasil hitung cepat sementara.

Saya mendapat bagikan sebuah berita  dari beranda fesbuk akan terpilihnya Sutan Riska Tuanku Kerajaan sebagai bupati termuda se-Indonesia. Karena penasaran, saya mencari tau tentang sepak terjang calon kandidat bupati yang lahir pada 27 Mei 1989 ini. Sekarang umurnya 26 tahun. Ia lulusan sarjana ekonomi di Universitas Andalas, tahun masuk 2008.

Bupati termuda se-Indonesia sebelumnya disemat oleh Bupati Indragiri Hulu, Riau, Yopi Arianto. Bupati Yopi saat dilantik sebagai Bupati Indragiri Hulu tahun 2010, ia berusia 30 tahun kala itu. 

Pilkada 9 Desember lalu, masyarakat Kabupaten Dharmasraya patut berbangga telah menentukan pilihan pada Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Dia berpasangan dengan Calon Wakil Bupati Amrizal Datuak Rajo Medan. Sutan Riska adalah Bendahara di PDI Perjuangan setempat. Pasangan ini meraih suara sekitar 45.000 mengalahkan pasangan inkamben Adi Gunawan-Jonsos Putra yang memperoleh suara sekitar 25.000, demikian rilis data sementara dari KPU Dharmasraya. Jika tak ada halang melintang gugat menggugat ke Mahkamah Konstitusi, pasangan Sutan-Amrizal ini akan menjadi Bupati wan Wakil Bupati Dharmasraya periode 2015-2020

Dari situs TEMPO online disebutkan, Sutan Riska yang  mengaku masih sangat muda menjadi seorang kepala daerah. Sutan ingin membuktikan kalau kaum muda bisa memimpin daerahnya dengan baik. "Anak Muda juga siap untuk memimpin dan membangun daerahnya" ujar dia seperti di muat TempoOnline. Kita tunggu saja ia membuktikan kiprahnya memimpin Kabupaten Dharmasraya mewakili harapan banyak kaum muda di Indonesia. Untuk Gubernur Termuda se-Indonesia saat ini masih dipegang rekor oleh Gubernur Provinsi Lampung, M. Ridho Ficardo.  Yang pada tahun 2014 dilantik jadi Gubernur, usinya 34 tahun.

Kenapa pasanga Sutan Riska menang pilkada Dharmasraya? Saya tidak mengetahui banyak soal kondisi masyarakat di sana. Saya menduga (sebagai terduga pengamat) perolehan suara dia karena pengaruh trah namanya sebagai keturunan raja. Dalam hal alasan pemilih, ini tentu saja jadi nilai lebih, dalam teori politik kedai kopi disebut "pemilih kaum."

Usia muda bukanlah sebuah ukuran akan kesukseskan seorang Sutan Riska akan membawa perubahan yang lebih baik bagi daerahnya. Tetapi spirit usia itu bisa jadi motivasi untuk kaum muda yang lain di seluruh Indonesia untuk berani bersaing meraih suara rakyat dan berbuat untuk kesejahteraan masyarakat.

Muda punya karya dan bisa jadi akan binasa atas lalai nikmatnya kekuasaan. Kehancuran memimpin dan berkuasa bisa karena alasan macam-macam. Termasuk bahayanya orang orang yang setelah jadi timses dan jadi sebagai orang lingkaran kekuasaan. Sekarang kita cuma bisa menerka-nerka akan kesuksesan Sutan memimpin daerahnya. Jika program dan kepemimpinannya baik, tentu ini akan jadi sejarah baru kaum muda di Indonesia dalam memimpin. Jika gagal dan masuk sel penjara karena kasus cela/korupsi, alamat binasalah nasib politik kaum muda ke depannya.

Jika Sukarno menyebut berilah saya 10 pemuda, maka akan mengguncang dunia. Maka bagi saya, berilah satu pemudi, maka akan ku ajak ia ke KUA. []


05 December 2015

12/05/2015 08:54:00 AM

Wisata Greenland Aceh Besar


Ayunan, salah satu tempat yang bisa di nikmati oleh pengunjung Wisata Greenland Aceh Besar | husaini ende


Berwisata ke Aceh Besar, rasanya belum lengkap jika anda belum mengunjungi sebuah tempat wisata di Aceh yang paling menyenangkan untuk dikunjungi. Adalah Wisata Greenland Aceh Besar, sebuah tempat wisata Aceh yang berada di pegunungan Jantho, Aceh Besar. Tempat ini adalah wahana wisata baru dengan konsep alam dan outbond.

Saat memasuki ke area ini, Anda akan menikmati pemandangan yang hijau mengasyikkan di kawasan Jantho.

04 December 2015

12/04/2015 07:06:00 AM

Empat Desember dan Kenangan Masa Konflik

Mural Dinding Karya Idrus Bin Harun | koleksi foto pribadi
Tiba-tiba saya teringat pada empat desember tahun 2000. Saya baru memasuki kelas III di STM Bireuen. Kala itu, kami tidak bisa berangkat sekolah karena imbauan mogok massal. Mobil angkutan di jalan raya tidak berani beroperasi. Termasuk minibus Bireuen Express (BE) yang biasanya kami naik untuk berangkat ke sekolah dari Kutablang ke Kota Bireuen. Tahun itu, Bireuen baru saja menjadi Kabupaten, sebelumnya masih bergabung dengan Kabupaten Aceh Utara.

Ketika terjadi mogok massal, warga kampung kerap memilih tak bekerja ke luar rumah yang terlalu jauh. Jikapun berkumpul di pos jaga gampong atau kedai kopi, mereka mengupdate informasi dari sesama warga desa tetangga yang lain yang didapat dari mulut ke mulut. Suasana pasar kecamatan juga lengang. Hanya beberapa yang keras kepala saja berani keluar kedai kecamatan.

Masa itu pasukan GAM kerap keliling dan juga berpatroli ke kampung-kampung. Kadang juga memberondong iring-iringan mobil TNI/Brimob yang melintas di Jalan Medan Banda Aceh. Setelah kejadian pemberondongan, aparat keamanan dengan pasukan tambahan akan melakukan penyisiran. Dengan jangkauan radius sekian kilometer dari tempat kejadian perkara.

Terjadinya kontak tembak GAM dan TNI membuat warga gampong menghindar sementara waktu ke gampong tetangga. Ada juga yang tetap di rumah bersama keluarga. Jika aparat keamanan masuk gampong, Geuchik yang paling sering dicari untuk memberikan keterangan kepada komandan aparat.

Jika tak menjauh dari TKP kontak senjata, risikonya sangat besar sekali. Dampak pemeriksaan identitas KTP dan pertanyaan akan keberadaan anggota GAM. Biasanya, aparat keamanan yang menyisir ke gampong membawa serta informan, mata-mata itu dikenal dengan sebutan cu'ak pada masa konflik Aceh itu.

Pemeriksaan biasa pada kedai kopi saat warga sedang berkumpul, tiba-tiba TNI/Brimob datang dengan truk reo, dengan dinding truk yang sudah dilapisi batang pohon kepala anti peluru. Jika aparat sudah datang ke gampong, memilih diam di tempat adalah jalan agak baik. Kalau lari, maka akan dikejar dengan "timah panas." Warga dikumpulkan, diminta identitas KTP dan diperiksa wajah-wajah yang dicurigai sebagai pasukan GAM. Ada warga yang diambil, dibawa naik truk reo untuk pemeriksaan lanjutan. Beberapa dilepas kemudian hari, beberapa warga lain ada yang ditemukan sudah menjadi mayat yang dibuang di tepi jalan atau di sungai. 

Kala pemeriksaan saat jawaban tak memuaskan mereka, maka bakal kena telapak sepatu lars, ditinju perut dengan popor M16, atau kena push-up dengan ditekan sepatu lars di punggung. Saya pernah kena tinju sekali karena waktu menjawab dengan bahasa Indonesia yang kacau balau.

Alat komunikasi kala itu belum begitu semudah sekarang. Media sosial belum ada, bahkan hape saja tidak pernah kami lihat.  Jika saat itu sudah ada facebook, maka informasi begitu mudah tersebar ke publik. Kita demikian mudah dan cepat mengetahui kejadian kontak senjata dan informasi lainnya.

Kebiasaan pasca terjadi pemberondongan, kami bersama anak muda gampong harus lari menjauh dari TKP pemberondongan. Pasti ada penyisiran. Pernah harus lari menyeberang sungai, hingga sampai ke pinggiran laut yang jaraknya mencapai 15 dari gampong kami. Jika kondisi aman, kami baru memilih pulang, kadang besoknya. Kadang kala tidak bisa balik gampung karena hujan deras, air sungai keruh dan arus deras.

Masa mencekam hari 4 Desember kala itu ada himbauan dari panglima GAM setempat untuk menaikkan bendera bulan bintang di setiap rumah penduduk. Himbauan itu ditempel di pos jaga gampong atau meunasah. Katanya itu instruksi dari pimpian GAM pusat. Warga gampong melaksanakan perintah itu dengan penuh ketakutan risau bukan kepalang, tapi paling cuma sejam, saat ada penyisiran aparat BKO, bendera bulan bintang kami cabut dan sembunyikan di tempat yang aman. Jika ditemukan oleh serdadu, maka sang pemilik rumah akan diangkut ke pos kecamatan, dituduh sebagai simpatisan GAM.

Selesai penyisiran serdadu BKO, datang pasukan GAM yang berkendaraan motor, bendera bintang bulan disuruh naikkan kembali. Penduduk gampong serba salah. Risikonya bagi penduduk sipil tentu saja ada, kondisi warga yang paling rentan kena imbas dari konflik. Serdadu kala itu sangat sulit membedakan mana masyarakat sipil dan mana yang anggota GAM. Penduduk gampong dengan GAM ibarat air dengan ikan.

Pasukan elit polisi masa konflik kala itu adalah Brimob (Brigade Mobil). Umumnya mereka pasukan BKO (Bawah Kendali Operasi) langsung dari Markas Besar dari Jakarta. Saat TNI BKO atau Brimob BKO masuk kampung, yang mengerikan itu pasukan infantri TNI, mereka berjalan kaki menyisir ke penjuru tempat yang dicurigai sebagai basis GAM. Orang kampung menyebut aparat keamanan pemerintah dengan istilah; sipai. Saya tidak begitu tau, darimana asal sebutan untuk aparat keamanan pemerintah itu bermula.

Kejadian itu 15 tahun yang lalu. Saya tidak begitu kuat mengingat sekarang ini. Dua tahun kemudian saya sudah kuliah di Banda Aceh, suasana konflik tak begitu kuat terasa dibandingkan dengan di gampong. Beberapa teman sebaya saya ada yang sudah meninggal, ada yang hilang sampai sekarang tidak tau di mana kuburannya. Hari ini Aceh telah damai 10 tahun lalu sejak 15 Agustus 2005 terjadi perjanjian perdamaian antara GAM dan Pemerintah RI. Konflik tentu saja meninggalkan luka yang mendalam, bagi kita yang pernah mengalaminya dan bagi orang yang bahagia setelah kejadian itu.

Mari kita doakan, semua para syuhada yang telah berjuang untuk kesejahteraan Aceh untuk dilapangkan kuburnya, diterima segala amal ibadanya oleh Allah SWT. Aamiin, Ya Rabbi. []