KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

31 August 2015

8/31/2015 10:55:00 AM

Bukan Mahasiswa Biasa

hanya wisudawan dari Fakultas Teknik Unsyiah, setelah seremonial wisuda universitas naik truck keliling Banda Aceh. /fb: Kaft Teknik

"masuk sama sama keluarnya juga sama-sama. kuliah itu ngak perlu pinter, tapi pinter pinter klean" ini kalimat berulang ulang dari abang angkatan, yang kami dengar waktu SiKAT.

Aku masih ingat pada Minggu pertama masuk kuliah pasca SiKAT, pengantar awal kuliah dari seorang dosen senior: " kalian masuk Teknik Mesin seperti serdadu yang turunkan di rimba belantara. dengan bekal seadanya, kalian disuruh bergerak menuju markas di kota. tak semua bisa selamat, ada yang mati kelaparan, diterkam hewan liar, sesat jalan pulang, waktu yang kalian tempuh beda-beda jalan sampai"

Jangan cengeng. aku lulus tes SPMB pada Pilihan Pertama di Teknik Mesin tahun 2002, setelah tamat STM 2001. Alhamdulillah bisa selesai Mei 2010, 8 tahun termasuk cuti akademik di dalamnya. Masuk Teknik itu susah, keluar (secara terhormat) lebih susah lagi. Aku wisuda saat umur sudah 28 tahun. Perusahaan-perusahaan besar rata rata batasi umur untuk pelamar kerja 25-28. Jangan tanya bagaimana kami jalani jelang masa kritis saat itu. Beberapa kutulis di buku catatan harian Maop. Tak pantas dipublis untuk umum. Cukup sebagai kenangan untuk masa tua jika berumur.

Tahun 2002 saya ingat sekitar 1000 lebih pelamar di jurusan T.Mesin. Dari 130-an yang lulus seleksi (SPMB dan USMU) leting jurusan kami, hanya 40-45 orang yang wisuda di Unsyiah. Selebihnya banyak yang keluar, pindah jurusan, pindah kampus, meninggal, kerja dan lain lain.

Ijazah hanya sebagai legalitas untuk mencari posisi yang sedikit terhormat, sebagai syarat adminitrasi aparatur kantoran. Tak ada jaminan dengan sarjana akan sukses, hanya jalan saja beda dengan yang lain. IPK tinggi klean kadang kala hanya mengantarkan klean sampai di meja wawancara.

Hormati dan sikap beretika pada dosen dan civitas akademik kampus. jadi seperti orang terdidik. jangan anggap remeh adik angkatan dan atau kawan IPK kecil, selepas tamat esok, dia bisa jadi bos tempat kalian kerja. jangan saling menghina kawan yang berasal dari desa, carilah kawan yang benar benar bisa saling bantu. jangan ambil untung saja. ada kawan kawan kalian dengan didikan masa konflik di kampung-kampung penuh suara dentuman bau mesiu. SiKAT jadi bikin kalian sama; aneuk Teknik.

Jadilah mahasiswa, bukan tukang kuliah. sangat ku sarankan nonton film India, 3iDIOT ada banyak hal motivasi di sana tentang jadi mahasiswa.

"Ini adalah Universitas, bukan panci bertekanan. Singa sirkus juga belajar untuk bisa duduk di kursi, hanya karena takut dicambuk. Tapi kita tetap boleh menyebut singa itu terlatih, bukan terdidik" demikian kata  Rancho Ranchordaz, pemeran utama filem 3iDiot yang paling terkenal itu.

bivak, 1 september 2015

16 August 2015

8/16/2015 07:20:00 AM

Surat Keramat Dari Humas Unsyiah




Bulan Februari lalu saya diminta oleh seorang redaksi pihak Humas Unsyiah untuk berkontribusi menulis esaai tema budaya, untuk Majalah Warta Unsyiah. Esai saya "Budaya Mengemis" itu akhirnya dimuat pada Edisi 185/Maret 2015. Sebagai alumni Unsyiah, saya tentu saja senang. Edisi Majalah itu terbit pada April 2015.

Lebih senang lagi, hari ini saya mendapat surat Ucapan Terima Kasih atas dimuatnya tulisan itu + honor sebagai apresiasi jasa menulis essai itu. Selama  ini saya tidak pernah mendapat surat resmi ucapan terima kasih atas tulisan saya ketika dimuat dibeberapa media cetak dan online. Saya memahami bagaimana ribetnya hal yang mungkin saja sepele ini.

Kalau honor, pun harus ambil sendiri ke kantor media tersebut, itupun kadang dengan harus ulang-alik esoknya karena anggaran media tersebut tak ada lagi atau dengan segudang alasan lain. Tak pernah pula dihubungi secara khusus untuk pengambilan honor.

2011 saya pernah alami kejadian buruk dalam menulis. saya pernah meminta tulisan saya yang dimuat pada sebuah situs LSM untuk dicabut, karena sang pengurus LSM itu mencla-mencle soal honor, dan saya merasa ditipu dengan alasan honor tak ada lagi sejak tahun itu. Padahal beberapa teman yang pernah dimuat tulisan tahun itu mendapatkan honor.

Lebih marahnya lagi, sang direktur itu seorang pengajar disebuah kampus, saya langsung marah dengan mengingat kalau saja Mak saya tau, anaknya ditipu oleh seorang dosen, itu sungguh hina sekali martabat saya. Tulisan itu akhirnya dicabut, saya marah dan tersinggung, apalagi sang pengurus situs itupun tak meminta maaf secara baik-baik. Itu kejadian 4 tahun lalu.

Setahun kemudian juga alami hal yang sama dengan sebuah tabloid lokal, saya diminta menulis essai, saya tau disana ada honor lumayan dari referensi teman yang pernah dibayar honor tulisannya, tapi saat ditagih, lagi lagi alasan dengan berbagai hal teknis. Saya memilih tak lagi menagih. Saya akui kalau kualitas tullisan saya belum begitu baik, bahkan masih buruk saat saya baca berulang ulang. Saya sudah ikhlas dengan kejadian itu. Sebagai pengalaman lika liku dalam dunia menulis. Halah!

Hari ini saat surat Ucapan Terimakasih dan apresiasi telah berkontribusi menulis di Warta Unsyiah, saya benar benar tersanjung dan merasa dihargai sekali bagi penulis/kontributor majalah ini. Dari sekitar 30 judul lebih pernah dimuat di media massa sejak 2007, baru ini mendapat surat Terima Kasih. Surat ini akan saya arsipkan koleksi pribadi, mau dibingkai, saya benar benar terkesan atas surat yang langsung ditandatangani oleh Kepala Humas Unsyiah, Dr. rer. nat. Ilham Maulana, S.Si. Saya mengenal orangnya, masih kategori kaum muda, sekali pernah bertemu salaman pada sebuah seminar di FKIP kalau tak salah. Trims atas surat berharga ini, Pak!

Apresiasi balik dan terimakasih saya juga atas surat Ucapan Terima Kasih ini kepada redaksi Warta Unsyiah, Tim/staf Humas Unsyiah. Saya merasa dihargai sekali atas jasa tulisan itu. Saya tau setiap edisi ada banyak penulis/kontributor dengan berbagai rubrik di dalamnya. Dan semua mendapat surat ini seperti saya + lampiran Majalah Warta Unsyiah. Tentu ini bukan kerja sepele. 

Kerja kerja surat kabar dalam menghargai penulis masih sangat kurang sekali terjadi di Aceh khususnya dan Indonesia umumnya. Apalagi sampai mengirim surat begini. Atau saya yang alpa atas informasi ini? Atau juga saya saja yang berkesan sangat dihargai karena sebelumnya pernah 'ditipu' oleh dua kasus pada tahun 2011 itu?  Terimakasih Kembali Humas Unsyiah. Tabek!


07 August 2015

8/07/2015 05:51:00 AM

17 Tahun Lalu, DOM Aceh!

Saat PiasanSeni 2014 di Taman Sari, sebagai Koordinator Stand, saya ikut mendampingi kelompok  siswa salah satu SMA dari Lhokseumawe. Mereka datang khusus untuk melihat acara Piasan Seni, diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh. Mereka didampingi oleh 2 orang guru. Umumnya siswa itu kelahiran tahun 2000-an. Mereka membawa buku, mencatat apa saja hal yang menarik dari hasil amatan saat mereka tanya di setiap stand. itu tugas yang diberikan oleh sekolah. Ohya, mereka datang ke Banda Aceh dengan biaya dari sekolah, info ini saya tau dari guru yang mendampinginya.

Selain siswa itu, Saya tak bertemu ada siswa dari sekolah di Banda Aceh yang datang secara khusus ke sini atas nama sekolah dengan didampingi gurunya. Padahal di sana banyak hal baru yang bisa dipelajari oleh siswa tentang seni, sejarah dan lainnya.

Sebelumnya saya pernah menyarankan ke dinas terkait, untuk mengirimkan surat ke sekolah sekolah di Banda Aceh agar membawa siswanya ke acara piasan seni.  saat jam pelajaran berlangsung, didampingi oleh guru. Kami dari panitia siap mendampingi dan memperkenalkan setiap stand di sana. Ada hal menarik yang sampai sekarang masih membekas kenangan itu bagi saya dan teman teman Komunitas Kanot Bu (KKB), saat siswa dari SMA Lhokseumawe tersebut melihat ada pajangan kaos produksi Geulanceng Trademerk dengan gambar depan sablon KTP Merah Putih.

Saya bersama teman teman penjaga stand KKB menjelaskan tentang baju itu. Beberapa siswa mencatat di bukunya. Saat kami cerita kalau dulu di Aceh ada DOM, seorang dari mereka bertanya: "Apa itu DOM, Bang?" kami semua di stand tercengang, saling menatap tak langsung menjawab. Saya menghela nafas, lalu menjelaskan. Saat itu Reza Mustafa dan Idrus Bin Harun dan teman teman lain dari KKB ikut menjelaskan.

Selesai kejadian itu kami saling berdiskusi soal kejadian ini. Bagi kami ini penting, Reza dan Idrus bahkan menulis essai soal ini dan dimuat di rubrik budaya Minggu, Serambi Indonesia seminggu setelah itu, Juli 2014.

Setelah kejadian itu, kami sempat bikin lelucon. Semacam survey kecil kecilan tentang kondisi siswa kita dalam mengetahui sejarah Aceh. Sejarah tentu saja penting bagi masa depan pembangunan, Aceh. Jangan sampai 100 tahun akan datang, kejadian air laut mengamuk dipenghujung 2004 akan ditertawakan oleh generasi kita kalau tsunami di Aceh hanyalah sebuah cerita dongeng.

Ada banyak fakta sejarah lain di Aceh, semua mesti dicatat dan dijadikan bahan pelajaran bagi anak cicit kita ke depan sebagai penjaga amanat tanah ini, sebagaimana para pendahulu kita menjaganya dari taktik penjajah yang ingin menguasai tanah nenek moyang kita.

Hari ini 17 tahun sudah DOM (Daerah Operasi Militer) dicabut setelah operasi itu berlangsung 10 tahun. Ada banyak korban dari tragedi ini darii berbagai tempat di Aceh. Jumlah korban sekian ribu jiwa dan harta. Mari kita kirimkan Al-Fatihah untuk seluruh korban DOM di Aceh.

Saat kecil saya merasakan dan melihat efek dari DOM itu, saat itu kami kecil tak tau apa apa.

7 Agustus 1998, DOM dicabut di Aceh oleh Pangab (sekarang Panglima TNI) Jend TNI Wiranto, Presidennya RI masa itu sudah dijabat oleh Habibie, pasca Suharto mundur dari Presiden atas desakan banyak pihak. Saya kelas 1 SMA, baru masuk kurikulum dengan wajah culun. Tahun tahun setelah itu kami lebih senang tak masuk sekolah dan memboikot segala hal yang berbau pemerintah. Kami tak masuk sekolah, turun ke jalan mengecat jalan aspal dengan tulisan besar besar: Referedum.

Hari ini 7 Agustus 2015. Hari Sabtu besok 8 Agustus 2015. Saya kira, ada sesuatu yang penting juga terjadi pada 8 Agustus 1998 lalu di Aceh sehari pasca DOM dicabut, dalam doa dan air mata bagi kita yang masih cinta akan Aceh.

Untuk seluruh syuhada Aceh, sebagai Aceh saya ikut bertanggung jawab untuk menjaga tanah ini tetap damai, sehat dan sejahtera selalu. Walaupun "Aceh" tak pernah peduli akan saya. Hormat dan angkat topi  untuk para pejuang yang telah menjadikan Aceh hari terus lebih baik lagi dan lagi. Ingat, pasca kita meninggalkan Aceh, ada generasi penting yang akan mewarisi tanah ini. Ajarkan kepada mereka untuk saling gotong royong, anak anak kita yang kaya raya untuk menghargai dan membantu pada temannya yang miskin. Ajarkan mereka untuk perdamaian Aceh ini terus berlanjut. Saya cinta dan mencintai kalian semuanya, Aceh!


03 August 2015

8/03/2015 10:03:00 AM

Ini Cara Membunuh Rindu



digelapnya jalan pulang, seseorang sedang bersedih berteduh dibalik rintik rintihan hujan. berkali ku paksa engkau keluar dari kepalaku. engkau memang pergi sebentar, lalu kembali. bagimana aku ikuti titahmu, sedang aku masih ragu. .

setiap datang sebuah kepergian, kita selalu jadi paham akan makna kehilangan. ia tak kuasa melawan. dari jauh bentang dan jarak, seseorang mendoakanmu agar selalu dekat dgn mereka yg kau cinta. dan sampailah pada masa engkau memilih: terluka, sekali lalu selesai atau tersiksa, berkali dan tak berhenti.


aku rela di penjara, bahwa membunuh kerinduan padamu adalah sebuah pelanggaran kemanusiaan. kemarin teringat: engkau jadi seseorang yang sangat kukenal tapi tak bisa kumengerti bagaimana mungin ada hati yang luka.

akhirnya kita ulang; cinta itu dua sisi yg beda, jika tak siap dgn luka, engkau mestinya tak jatuh cinta. sekali masa kita pernah paham, memilih diri sebagai korban atas kebahagian dari mereka. satu hati melukaimu, satu hati melukaiku.

kopi ini jadi tambah pahit, ia terbuat dari tetesan kenangan.