KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

25 March 2015

3/25/2015 09:39:00 AM

Seandainya Aceh Konflik dan Perang Media Sosial

Apa jadinya kalau sekarang ini Aceh kembali berkonflik seperti tahun 1998 hingga 2005 lagi? Bagi yang pernah hidup kala itu di perkampungan pedalaman Aceh tentu akan paham. Merasakan bagaimana susahnya bekerja dan hidup dengan daerah konflik. Sekolah dibakar, anak anak jadi sulit mengakses pendidikan. Para petani sudah bekera di sawah. Razia dan para tentara turun kampung, jaga malam diberlakukan. Sweping paling sering terjadi di jalan raya. KTP jadi barang wajib harus dibawa kemana saja pergi. Tanpa KTP siap siap saja diangkut ke pos terdekat. Pos aparat keamanan ada di mana mana. Berondongan senjata sering terjadi dan banyaknya jatuh korban dari pihak sipil tak bersenjata dan pihak yang bertikai. Malam hari adalah waktu paling mencekam. Listrik tidak beda jauh dengan sekarang, juga paling sering dipadamkan.  di depan pos pos aparat keamanan harus dilewati drum zag-zig.

Aceh benar benar jadi tempat yang asing dan sulit terakses ke luar bagi orang yang ingin mengetahuinya keadaan. Malam hari harus tidur dilantai, demi menghindari peluru nyasar andai ada kontak tembak senjata. Warung kopi jarang buka malam hari. Ekonomi tak bergairah. Truk reo dengan dinding anti peluru paling sering berkonvoi, wajah seram aparat keamanan paling garang dan sering menaruh curiga pada orang orang yang diduga sebagai kaum pemberontak. Kala itu, sulit nya serdadu membedakan mana GAM dan mana warga sipil tak terlibat. GAM adalah orang Aceh, tetapi tidak semua orang Aceh adalah GAM.

Pernyataan lazim dari serdadu dalam menggambarkan Aceh: orang Aceh kalau siang lempar senyum, kalau malam lempar granat. Kalimat itu dimaksudkan kalau siang hari ada GAM yang melewati pos dan mengangkat tangan sebagai bentuk ramah kepada serdadu yang berada di pos aparat. Malam hari mereka melempar granat.

Tahun 2000an, teknologi belum berkembang semudah sekarang ini.  Telepon genggam belum banyak yang gunakan. Informasi hanya tersebar via mulut ke mulut atau akses dari handy talky milik pasukan Gerakan Aceh Merdeka. Kadang juga informasi yang tersebar dari informan GAM menyamar sebagai tukang ojek [RBT] atau dengan profesi yang lain. Baik pihak GAM dan TNI/Polri juga punya gaya masing masing dalam menyebarkan informan ke kampung-kampung, beberapa ditangkap oleh pihak lawan. Beberapa selamat memberi informasi bantuan.

Bandingkan dengan kejadian hari ini. Sewaktu konflik dulu, jika ada  letusan senjata, atau terjadi pembunuhan, perampokan, dan isu lainnya yang  ratusan kilometer jauh dengan tempat tinggal kita, baru dapat diketahui melalui koran cetak yang terbit besok. Itupun setelah melalui sensor. Judul berita koran yang tak kalah mencekam bagi kita yang membacanya. Saling bantah antara pihak TNI/Polri dengan GAM. Ada koran yang dituduh pro GAM, ada yang dituduh pro aparat pemerintah. Tetapi membaca koran tidak juga begitu mudah. Akses koran harus menunggu waktu siangnya baru ada di warung kopi. Beberapa pedalaman tentu lebih sulit lagi mengakses berita kejadian sehari sebelumnya. Kondisi benar benar sangat minim informasi atas kejadian di Aceh.

Mengandalkan  berita radio atau televisi bisa jadi alasan yang lain. Hanya saja, akses informasi tidak begitu cepat diketahui seperti sekarang ini. Kejadian pagi, baru dapat kita nonton TV sore/malam/esok harinya. Waktu sekarang ini, informasi begitu cepat sampai tiap ada kejadian di Aceh. Terlepas info itu benar atau salah, isu begitu mudah tersebar ke publik. Kecanggihan teknologi telepon pintar yang murah dan mudah dibeli oleh siapa saja, menjadikan satu alasan tersendiri cepatnya informasi.

Foto foto kejadian misalnya akan cepat sampai ke media sosial facebook, twitter, path dan sebagainya. Orang tinggal bagikan semudah jempolnya menekan tomblo share. Jadilah informasi itu tersebar dengan cepat. Kadang kala, foto-foto yang tidak sepantasnya dilihat publik luas tersebar begitu cepat. Anehnya foto begitu dishare oleh orang yang berpendidikan tinggi. Saya tidak tau, apa alasan bagi mereka dan betapa mirisnya jika saja yang dalam foto tersebut adalah keluarnya. Bagi saya ini sangat menyedihkan sekali.

Canggihnya teknologi informasi membuat tidak canggih pikiran orang dalam memberikan informasi di media sosial. Satu sisi memang bagus juga jika sekarang ini informasi begitu mudah dan cepat kita dapatkan. Satu sisi lain, kadang kala informasi hoax yang belum jelas infonya tersebar begitu mudah dan cepat. Maka penting mengetahui etika dalam menyebarkan informasi.

Saya jadi berpikir, kalau misalnya (semoga saja tidak) sekarang ini Aceh berkonflik lagi, maka akan banyak orang yang mengakses dan membagikan info via status facebook dan twitter. Informasi tentang razia dan pemberondongan akan cepat tersebar juga. Foto-foto kejadian bisa mudah diupload oleh siapa saja.  Dari banyak penjuru kampung sekalipun. Grup-grup facebook akan diramaikan dengan informasi kejadian-kejadian kontak senjata. Info-info grebek markas GAM akan tersebar luas ke masyarakat, begitu juga info lokasi sweping tentara. Tangkap menangkap akan mudah diketahui, penculikan cepat terupdate ke media sosial.

Jika demikian, apakah media sosial seperti fesbuk, twitter, path dan media media online lainnya akan dibatasi di Aceh? Jika tidak, maka informasi akan sangat mudah diketahui oleh lawan yang lagi bertikai. Saya berharap itu tidak terjadi, mengingat akses informasi kondisi daerah konflik sangat penting diketahui, apalagi bagi orang yang ada keluarganya di Aceh. Tinggal bagaimana kita bisa memilah dan memilih mana informasi yang akurat dan tepat. Jangan sampai juga, mudahnya informasi yang tersebar akan jadi provokasi massa yang sangat menakutkan. Media sosial bisa jadi ancaman yang menakutkan atas pergerakan massa, dia punya peran penting dalam mengumpulkan massa.

Sekarang, tiap ada kejadian di Aceh begitu mudah tersebarkan informasi. Internet jadi alat penting dalam mengetahui/menyebarkan info tersebut. Orang di seluruh dunia jadi lebih cepat tau tiap ada kejadian di Aceh. Media online tumbuh dengan sangat banyak sekali. Tsunami informasi sangat cepat sampai ke seluruh penjuru dunia. Mengaksesnya pun cukup mudah, kita hanya memiliki telepon pintar, lalu semua informasi dapat diketahui. Perang informasi melalui media sosial tak kalah panas dna mencekam dari dunia nyata. Saya sulit membayangkan bagaimana seandainya itu terjadi. Jika Aceh terjadi konflik lagi, apa kira kira status facebook kalian? []




23 March 2015

3/23/2015 10:31:00 AM

Istri Orang dan Komunikasi Tak Berlebihan

Saya sering kali tak berani mengobrol terlalu jauh pada teman wanita yang sudah berumah tangga. Tepatnya wanita yang jadi teman, kemudian dia menikah. Saya kerap menghindari berbicara terlalu canda sok dekat dan akrab. Maka tak perlu heran jika ada teman teman yang sudah jadi istri orang, saya memilih tak mengobrol lebih inten sewaktu dia masih gadis.

Ini mungkin bagian dari curhat ke blog, sebagai bagian dari kita untuk tau sikap dan karakter masing masing dalam berteman. Beberapa hari lalu ada teman saya, cewek. Sudah menikah. Ia menghubungi saya via pesan blackberry. saya menanggapi biasa saja, tak seperti ketika dia masih sebagai gadis, misalnya dalam hal bercanda dan melawak. Saya tidak ingin, tiba tiba saja isi pembicaraan itu diketahui oleh suaminya. Tipe suami bisa macam macam, takutnya nanti saya dikira mengganggu istri orang. Apalagi suaminya tidak kenal baik dengan saya.

Dalam berteman dengan wanita yang sudah bersuami, saya kerap menghindari hal hal terlalu jauh dalam berdiskusi. Saya mencoba menjaga hubungan itu tidak jadi persoalan kemudian harinya. Memang tidak bermaksud ganjil, tetapi lebih baik saya menghindari hal hal saling curiga. Pernah suatu ketika karena satu hal, seorang teman saya ingin telpon. Terlebih dahulu dia sms saya meminta atas kesedian waktu. Saya mengiyakan dengan terlebih dulu dia memberitahu kepada suaminya. Begitu saran saya.

Wanita yang sudah ambil posisi sebagai istri, mestinya menghindari berhubungan yang lebih jauh dengan laki laki. Saya tidak ingin nantinya dicap kurang ajar karena keterlaluan berhubungan/ komunikasi dengan istri orang, baik itu dalam hal isi bbm dan bicara.  Bisa salah paham ketika suaminya mengetahui. Jika sang suami mengenal dan saling kenal, hal ini tentu akan berbeda.

Saya pernah mendapat semacam teror dari suami si wanita yang teman saya. Padahal waktu itu saya hanya bertanya kabarnya dan kabar janinnya. Sang suami protes apa urusan saya untuk tanya hal begitu. Saya meminta maaf atas kelancangan, walaupun awalnya saya kira itu pertanyaan yang biasa saja. Mungkin suaminya tipe pria cemburu yang tidak ingin istrinya diganggu oleh pria lain.

Ada lagi yang hanya bertanya soal kuliah, via telpon juga. Saya mendengar suaminya marah marah memprotes sang istri sedang menelpon siapa. Saya trauma waktu itu. Padahal isi pembahasan kami soal kuliah dan saling bertanya kabar masing masing. Wah ada masih sang pria yang pencemburu begitu.

Nah kemarin yang beberapa waktu lalu itu, teman wanita saya mengajak berkomunikasi via bbm. saya menanggapi biasa saja, dulu memang pernah dekat dengan saya. Sang teman ini memprotes kenapa saya sudah berubah dalam hal bercanda. Saya awalnya tidak berterus terang kepadanya soal prinsip saya yang mencoba menjaga diri dalam hal komunikasi dengan teman wanita yang sudah berstatus sebagai istri.

Saya akhirnya terpaksa menjelaskan kepadanya, dengan sopan dan santun soal hal berteman. Bahkan saya juga tidak ingin memulai komunikasi duluan. Dalam media sosial juga demikian prinsip yang saya coba terapkan. Lagi lagi ini soal menjaga supaya tidak ada keganjilan dari sang suaminya. Betapa sang suami tentu akan cemburu, kalau istrinya kerap bercanda dan ngobrol keterlaluan dengan laki laki lain. Saya membayangkan bagaimana perasaannya akan tersakiti.

Ada juga seorang wanita yang telah lama pisah dengan suaminya, kami dulunya berteman sewaktu kuliah S1. Teman saya itu cerai hidup secara baik baik dengan suaminya. Tetapi saya tentu tidak mau akan dicap sebagai lajang pencuri hati para janda. Pernah dikirim pulsa, diajak makan malam. Saya menolak dengan baik-baik. Lagi saya tidak ingin tertuduh macam-macam. Hal begini memang sangat menguji. Entah karena saya yang terlalu raham dan sangat mudah berkomunikasi, jadinya dianggap yang wajar aja ketika diajak mengobrol. Ah, kalau ditulis disini ada yang lebih parah lagi. Tetapi saya mungkin belum khilaf saja. Mudah-mudahan ke depannya juga bisa terus menjaga soal ini.


Ruang perselingkuhan bisa terjadi karena adanya perhatian lebih dari orang yang dicintainya. Ada pria/wanita lain dari pasanganya yang memberi perhatian lebih. Ini sungguh berbahaya.  Saya pernah mendapat curahan hati seorang wanita karena kurang mendapat perhatian lebih dari suaminya. Dia padahal hanya menginginkan sang suami bisa mengucapkan 'terimakasih' selepas makan malam, makanan yang dia masak dengan lelah. Saya berpikir, hal seperti itu sangat sepele sekali. Hanya ingin diucapkan 'terimakasih' atas sesuatu perbuatan yang telah dilakukan oleh sang istrinya. Entah juga besok ya, kalau saya sudah berstatus 'suami' bisa melakukan hal remeh teman begini. Hahaha.

Saya jadi teringat dialog Dedi Mizwar di film Nagabonar, kepada anak lelakinya; "wanita itu ingin diperhatikan walau sebenang." Iya, wanita butuh perhatian lebih dari orang yang dicintainya. Dia butuh perhatian atas segala kerja keras di rumah tangganya, melayani suaminya. Maka para pria penting sekali untuk mengetahui dan paham soal ini [lah, macam saya sudah ada istri aja bro].  Makanya kenapa bahu pria dibikin lebih kuat, agar beban sang wanita bisa ditampung dibahu pria.

Untuk teman wanita yang pernah berteman dengan saya dan sudah menikah, saya sering mengabaikan curahan hati mereka. Menjaga komunikasi tidak berlebihan. Menaggapi hal hal yang penting saja. Biarlah itu kemudian dianggap sebagai diri saya yang sombong. Sebab akan tidak sopan jika pria lajang mengobrol terlalu jauh dan dalam, dengan wanita yang sudah berstatus sebagai istri. Ingat, perhatian lebih pada wanita bisa timbulkan rasa cinta. Tulisan ini sengaja saya posting, agar kita bisa saling paham dan mengerti karakter masing masing, saling menjaga perasaan orang yang kalian cintai. []

07 March 2015

3/07/2015 09:26:00 AM

Jatuh Cinta Adalah Kesulitan Kawan


cinta seperti juga memahami bentuk grativikasi.  ia kerap terjatuh pada model atau bentuk yang berbeda-beda. kita kemudian yang berprasangka, menduga-duga yang entah. banyak hal, banyak soal tentang sangka-sangka itu. pernah disesalkan dari perginya seseorang yang engkau kagumi dan banggakan? sebab kenangan menjadi berharga atas hadirnya.

hadirlah sebentar saja, untuk sekedar melihat gimana rupa wajah rindu. betapa jahannamnya. lalu siapa yang sanggup membunuh kenangan? pada buku, pada wajahnya, pada rindu. ketika ada hati dan rasa yang tak bahagia, mungkin satu dari banyak sebab karena engkau belum mengikhlaskan.

jika setiap hal yang kau damba berjalan sesuai rencana, kau tak akan pernah paham bahwa sesekali kecewa itu menguatkan. saat harapan tak sampai memang  terasa  sangat menyebalkan, disitu barangkali cara terbaik melawan kesepian adalah dengan tidak lagi jatuh cinta pada tempat yang salah. jatuh cinta adalah kesulitan kawan, demikian surah Pram. ‪

02 March 2015

3/02/2015 06:18:00 AM

Dari Kipandjikusmin Hingga Charlie Hebdo

gambar diambil disini : www.npr.org
Sebagian dari pembaca karya sastra serius pasti tidak asing dan tidak lazim dengan kontroversi cerita pendek Langit Makin Mendung karya Kipandjikusmin yang dimuat di Majalah Sastra Edisi Agustus 1968 itu. Cerpen itu jadi kontroversi dalam masyarakat pada era 60-an hingga menyebabkan Redaktur Majalah Sastra H.B Jassin berurusan dengan hukum, dia divonis satu tahun penjara karena dianggap bertanggung jawab atas pemuatan cerpen dengan nama anonim itu. Debat kontroversi kemudian kian panjang, hingga melahirkan karya-karya ilmiah yang menganalis kontroversi cerpen Kipanjdikusmin.

Dimuatnya cerpen yang mengisahkan tentang turunnya Nabi Muhammad ke bumi bersama Jibril yang menyamar sebagai elang. Dialog-dialog satir kemudian hadir dan membuat kita sebagai pembaca mengernyitkan dahi. Kontroversi cerpen itu masih dibahas sampai sekarang dalam ranah sastra di Indonesia. Orang orang saling berargumen tentang makna kebebasan berkarya dan bebas berimajinasi.

Orang-orang saling bikin lelucon satir dengan berkarya. Mengolok-olok isu agama jadi sebuah hal yang mengundang kontroversi. Lelucon satir yang menggugah senyum bagi siapa yang membaca atau melihatnya, isu tentang agama jadi produk paling sensitif akan aksi dari publik luas. Selebihnya akan menghina dan mendamprat karya itu sebagai bagian dari kontra atas kebebasan berbicara yang tidak beretika, menurut arti dan makna berekpresi secara beradab.

Pada dunia sastra internasional yang cukup mendunia, sastrawan Salman Rusdie juga tak kalah kontroveri atas karya novel Ayat Ayat Setan, terbit tahun 1988. Novel itu dilarang beredar karena dianggap menghujat Nabi Muhammad. Bahkan pemimpin Iran kala itu mengumumkan perintah pembunuhan atas Salman Rusdie.

Hari ini, orang-orang berkarya satir kembali terjadi setelah penyerangan oleh dua pria misterius ke kantor majalah Charlie Hebdo. Majalah mingguan di Prancis itu terbit pertama sejak 1969 dengan nama asal Hara-Kiri. Hara-Kiri sempat bubur, beberapa staf redaksinya itulah yang kemudian mendirikan Majalah Charlie Hebdo. Majalah itu sejak terbit memang sudah mendulang kontroversi dengan lelucon satirnya yang menyeleneh. Charlie Hebdo pernah mengolok-olok ummat muslim dengan mengganti nama jadi La Charia Hebdo [Hebdo Syariah], pada jajaran redaksi edisi itu muncul nama Nabi Muhammad sebagai Pimpinan Redaksi.

Sebagai muslim, tentu kita berang dan mengutuk karya media yang mengatasnamakan kebebasan berekpresi. Atas terbitnya edisi itu, kantor Charlie Hebdo mendapat serangan bom molotov dari orang tak dikenal [OTK] Majalah Charie Hebdo berhaluan politik kiri ini paling sering mengeluarkan gambar kartun yang menyindir para pemuka agama, hal paling sering mereka sindir adalah tentang islam. Paus Benediktus juga pernah disindir soal kebijakannya.

Sejumlah kritikan satir lelucon tak lucu itu akhirnya mendapat ganjalan yang tidak kita inginkan tentunya. Rabu 7 Januari 2014 menurut kabar berita dari media, kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris diserang oleh dua pria bersenjata Ak-47 yang langsung masuk ke kantor redaksi. 12 orang tewas dalam serangan itu. Pimpinan Redaksinya, Stephane Charbonnier ikut tewas dari serangan kedua pasca serangan bom molotov 2011 lalu. Charbonnier telah lima tahun menjadi Pimred, sejak 2009.

Situs berita BBC Indonesia menyebutkan bahwa Chalie Hebdo merupakan produk tradisi lama dalam jurnalisme Prancis. Tradisi humor provokatif dan cenderung cabul. Selain olok-olok tentang Muhammad, Charlie Hebdo juga membikin kartun/ilustrasi biarawati sedang bermasturbasi dan Paus yang memakai kondom.

Menurut Rusdi Mathari, wartawan senior yang saya kutip dari rusdimathari.wordpres.com, serangan 7 Januari lalu diduga ada hubungannya dengan gambar kartun Abu Bakr Al-Baghdadi yang disebarkan melalui akun twitter resmi Majalah Charlie Hebdo, @Charlie_Hebdo_. Sebagai mana kita ketahui, Abu Bakr adalah pemimpin negara islam Irak dan Syuriah [ISIS].

Orang-orang bagian redaksi Charlie Hebdo beranggapan, kebebasan berkarya dan berekpresi bisa melewati batas-batas norma apa saja. Mengolok-olok pemuka agama sebagai alat kritik mereka dalam balutan jurnalistik.

Saya sepakat soal kebebasan berekpresi dan berkarya, tetapi tanpa mengabaikan norma-norma agama dan batas rasa sosial bermasyarakat. Tokoh dunia kemudian mengecam brutal itu. Ini hal paling menjengkelkan sebenarnya atas reaksi berlebihan dari para tokoh dunia. Di Prancis ada sekitar 5-10 persen penduduk muslim yang kini hidupnya sedang dalam ancaman orang orang yang menganggap akan ada serangan balasan terhadap ummat islam.

Kita tentu berharap, kejadian itu tidak menutup mata para pemimpin seluruh dunia untuk terlalu berlebihan mengutuk kejadian itu. Ingat, ummat islam juga tak kalah sedikit meninggal di Palestina karena serangan dari pihak yang tidak ingin islam itu tumbuh dan berkembang.

Media-media seluruh dunia khususnya di Indonesia dapat mengambil hikmah atas kejadian itu. Termasuk dalam produk karya sastra atau seni yang lainnya. Kontroversi Cerpen Langit Makin Mendung juga bisa dijadikan ukuran, kalau ingin berkarya dalam kebebasan tentu saja tidak ada masalah selama itu tidak melanggar norma agama dan menyinggung agama-agama ummat manusia.

Apapun ideologi politik/agama mereka para pengarang karya sastra dan jurnalistik mesti memahami kondisi ini dengan benar. Sebagaimana pesan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdhatul Ulama, H Marsudi Syuhud kepada harian Republika, jangan sampai kebebasan jadi keblabasan dan memicu sikap intoleransi. Semestinya kedamaian seluruh ummat untuk bisa hidup berdampingan saling menghormati sesama, demi mewujudkan perdamaian dunia.

[nb: tulisan ini ditulis pada 15 Januari 2015 telah dikirim ke salah satu media nasional dan tidak dimuat]