KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

26 March 2014

3/26/2014 02:50:00 AM

DIJUAL BUKU: ACEH DI MATA DUNIA

Dalam Pengantar Bukunya “ACEH DI MATA DUNIA” DR. Hasan Tiro Menulis "Bagaimana Aceh melihat diri sendiri sebagai Aceh? Inilah sebuah pertanyaan besar untuk bangsa Aceh sekarang yang harus kita pahami. Jawaban pertanyaan ini sangat menentukan nasib Aceh, nasib generasi selanjutnya dan nasib Aceh di mata dunia. Jika kita melihat diri kita sebagai sebuah bangsa yang hina, lemah, tidak mulia, ditipu, diperintahkan oleh orang lain, menyembah bangsa lain dan menerima perintah orang lain yang datang ke Aceh, maka kita akan hancur. Nama Aceh akan hilang, menjadi jajahan orang lain dan budak bangsa lain"

Baca juga tentang review buku ini di blog Reza Mustafa

25 March 2014

3/25/2014 07:56:00 AM

Jokowi Pemimpin Pengkhianat!?


Saya warga negara Indonesia, lahir dan besar di ujung pulau Sumatera, tepatnya di Aceh sejak 32 tahun yang lalu. Saya tidak setuju dengan bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dengan resmi telah memberikan mandat kepada Jokowi (Saat ini Gubernur Jakarta) untuk dicalonkan sebagai Presiden dari PDIP. Kenapa?

Anda boleh setuju atau menolak dengan sikap saya ini, sebagai warna negara Indonesia, tentu sah-sah saja memberikan sikap terhadap calon presiden yang akan datang. Ini kan negara demokrasi.

PDIP yang mencalonkan Joko Widodo tidak jauh jauh hari mempersiapkan calon presiden dari partai mereka. Jokowi yang sejak tahun 2012 lalu menang sebagai Gubernu DKI Jakarta pernah membuat janji untuk tidak meninggalkan masa jabatanya sebagai selama menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Lalu apa yang terjadi sekarang ini? bagi saya, Jokowi adalah seorang pemimpin dan kader partai yang pengkhianat, yang meninggalkan amanah rakyat di DKI Jakarta. Dalam politik tentu apapun ada alasan Jokowi di usung untuk selamatkan kondisi Indonesia dan kepentingan perolehan suara PDIP jelang pemilu legislatif 9 April nanti.

Alasan saya menolak Jokowi sebagai Capres sederhana saja: kalau dia sudah berniat maju sebagai presiden, harusnya dulu tidak usah maju sebagai calon Gubernur Jakarta. Andai saja dia telah memimpin Jakarta 3 tahun, tentu tidak terlalu menjadi persoalan ketika dia meninggalkan jabatannya selama ini. artinya dia sudah meletakkan pondasi visi dan misinya sebagai Gubernur bagi Jakarta. Sebagaimana dulu ketika di jadi Walikota Solo. Jokowi telah memimpin lebih dari 50 persen sisa masa periode.

Saya melihat PDIP dalam hal ini tidak serius dalam menyiapkan calon presiden yang akan mereka usung nantinya. Maka inilah yang saya sebut Jokowi sebagai pemimpin pengkhianatan yang tidak amanah. dia telah mengkhianati warga DKI yang menaruh harapan besar untuk membangun Jakarta.

Jika terpilih sebagai presiden nantinya, Jokowi tak lebih sebagai presiden boneka ketua umum PDIP. Dia tak lebih akan jadi robot yang siap menjalankan bisikan dari Megawati sebagai ketua Umum PDIP. Jokowi pernah berjanji jika terpilih Jokowi janji tuntaskan masa jabatan di DKI Jakarta. Lalu apa yang terjadi dengan sikapnya sekarang ini. dia telah menelan ludah sendiri.

Yang kedua adalah, sebagai Aceh tentu saya tidak bisa melupakan -dan ingatan banyak orang Aceh pada tanggal 19 Mei 2003. Tanggal itu Provinsi Aceh ditetapkan sebagai Darurat Militer (DM). Waktu itu Megawati Sukarnoputri sebagai Presiden RI, Menkopolhukan Susilo Bambang Yudhoyono. Tepatnya pada malam tanggal itu, semua pasukan aparat keamanan dan kendali Gubernur Aceh -waktu itu Gubernur Abdullah Puteh- di bawah kendali Penguasa Darurat Militer Daerah, Mayjend Endang Suwarya sebagai Panglima Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda. Aceh dipimpin oleh militer, segala keputusan berada di tangan PDMD, Gubernur di bawah kendali sang Jendral tersebut.

Pada tahun 1999, rakyat di Aceh juga tidak boleh lupa dengan janji dari Megawati ketika dia berpidato di mesjid raya banda Aceh:

"Untuk saudara-saudaraku rakyat Aceh yang sangat saya cintai, jika "Cut Nyak" kelak memimpin negeri ini, tidak akan saya biarkan setetes darah-pun tumpah di Aceh, yang amat besar jasanya untuk republik ini." baca di jumpueng blogspot.com

Bagaimana damai Aceh jika saja PDIP yang jadi penguasa di Indonesia? Saya tidak berani memprediksi macam-macam. Kita lihat saja nantinya. Toh juga Jokowi tidak bisa dipegang ucapannya yang tidak amanah pada warga DKI Jakarta yang telah percaya memilih dia sebagai pemimpin mereka.

Kalau ditanya siapa Presiden yang paling tepat memimpin Indonesia. Saya harus menjawab bahwa sosok Anies Baswedan layak dan pantas jadi Presiden RI ke -7. Anies dengan ide dan gagasan dalam yang cukup memukau yang saya nonton/baca diberbagai media, cukup punya alasan yang kuat jika saya menginginkan Anies Baswedan jadi Presiden. Anies saat ini sedang mengikuti konvensi Partai Demokrat, apakah akan memenangkan konvensi dan apakah sang Rektor Termuda Universitas Paramadina tersebut akan diusung oleh Partai Demokrat? Ini jadi kekhawatiran saya.

Lalu ada banyak capres lain yang muncul dan digadang-gadangkan dimedia. Tetapi dari semua itu, cuma Jokowi dan Prabowo merupakan dua kandidat yang lebih kuat. Jika Anies Baswedan tidak menang konvensi dan tidak ada partai yang mengusung beliau. Maka saya lebih memilih mendukung Jokowi dibandingkan Prabowo yang berasal dari militer!. Dan berharap, Jokowi akan dipasangkan dengan Abraham Samad, atau Mahfud MD atau seperti yang beredar isu dengan Yusuf Kalla, Ryamizad Ryacudu (mantan KASAD era Megawati) atau dengan Hatta Radjasa? tapi Hatta Radjasa bisa jadi akan berkoalisi dengan Demokrat. Secara SBY dan Hatta besanan. Bisa jadi akan ada koalisi cinta. Kita tau, Yusuf Kalla punya peran penting terhadap perdamaian Aceh. Kita lihat nanti, gimana hasil pemilu legislatif 9 April 2014.

Sosok Jokowi memang paling disukai oleh rakyat Indonesia saat ini. dia membangun komunikasi ala wong deso, ceplas ceplos dan tidak bergaya elit sebagaimana umumnya pejabat di Indonesia ini. dia juga dibesarkan oleh media massa dengan hal hal yang unik, sikapnya yang santun dan gaya bicara yang mencoba seolah olah dia adalah seaorang yang benar benar merakyat[Sambil Buang Suntuk disebuah warkop, 24 Maret 2014]

18 March 2014

3/18/2014 07:22:00 AM

Membaca Sikap Risma

@net

Jelang pemilu legislatif (pileg) 2014, berbagai terpaan isu dan wacana mencuat dari partai politik, menarik simpati dari rakyat sebagai pemilik mandat kekuasaan tertinggi di Republik Indonesia. Serangan untuk parpol tidak saja terjadi dari luar partai, tetapi juga dari internal partai sendiri. Berebut simpati dari atas dan kalangan bawah.  Sikap partai politik yang saling serang dan salahkan partai lawannya tentu lazim terjadi. Belum selesai kasus tentang ketidakbetulnya pelantikan Wakil Walikota Surabaya dan Wacana mundur Walikota Surabaya mencuat isu sadap Gubernur DKI Joko Widodo dan sadap di rumah Megawati Sukarnoputri, Ketua Umum PDI-Perjuangan. Isu itu digemborkan ke media oleh Tjahyo Kumulo, Sekjend PDIP.


Apakah isu sadap-sadap itu erat kaitannya dari sikap elit PDIP untuk mengalihkan isu Risma mundur dan dizalimi oleh petinggi PDIP di Surabaya? Jika saja Risma mundur, maka besar kemungkinan akan berbahaya bagi perolehan suara PDIP pada pemilu legislatif 9 April 2014 nantinya. Publik hari ini sudah berpihak kepada Risma. Risma sedang melawan “Banteng Surabaya.”

Liputan Majalah Tempo Edisi 17-23 Februari 2014 tentang wacana mundurnya Walkot Surabaya Tri Rismaharini yang blak-blakan menyebutkan ketidak beresan dalam pemilihan hingga dilantiknya Wakil Walikota Wishnu Sakti. Berbagai media mengulas berbagai sisi soal kenapa Risma mewacanakan mundur dari jabatannya sebagai Walikota Surabaya. Dari soal Risma yang tidak menyetujui pembangunan jalan tol di kota Surabaya, hingga tekanan politik dari berbagai pihak yang memaksakan kepentingan politknya. 

Risma lahir dari kalangan birokrasi. Jabatan terakhirnya sebelum terpilih sebagai Walikota adalah Kadis Kebersihan dan Pertanaman Kota Surabaya. Risma dicalonkan sebagai Calon Walikota berpasangan dengan Bambang DH, Walikota Surabaya periode sebelumnya. Mereka diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pasangan ini terpilih sebagai Wali-Wakil Walikota Surabaya dengan perolehan suara mencapai 38 persen lebih. Mereka dilantik akhir tahun 2010.

Kabar mengejutkan pada pertengahan 2013, Wakil Walikotanya Bambang DH mundur karena mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur pada akhir 2013 lalu.

Risma bukanlah seorang politisi, alumni Jurusan Arsitektur Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) itu menjadi Pegawai Negeri Sipil di Surabaya. Dari situlah karirnya untuk dibangun hingga sekarang ini menjadi Walikota. Karya-karya nyata berpihak pada kota dan warga cukup signifikan dilakukan ketika ia menjabat sebagai Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

Kesuksesan Risma yang merakyat menarik disimak dan menjadi inspirasi untuk pemimpin kota lainnya. Pekan lalu itu ia terpilih sebagai Walikota terbaik dunia dari lembaga international, The City Mayors Foundation sebagai Mayor Of The Month February 2014. 

Awal Februari lalu. Mata Najwa, Sebuah acara talkshow isu-isu politik dan pemerintahan di Metro TV yang dibawakan oleh Najwa Shihab mengundang Risma sebagai narasumber. Risma bicara blak-blakan dan sesekali dia menangis. Tampak berat sekali tekanan politik yang ia terima dari mafia-mafia politik di Surabaya dan Jakarta. 

Risma mencatat sejarah penting di Kota Pahlawan itu, ia terpilih sebagai Walikota wanita pertama sepanjang sejarah Kota Surabaya. Prestasinya yang paling bergengsi menjadikan Surabaya memperoleh penghargaan tingkat Asia-Pasifik dalam Future Goverment Award 2013 dengan menyisihkan 800 kota diseluruh Asia-Pasifik. Ini menjadi prestasi yang cukup menggembirakan bagi warga Surabaya khususnya dan Indonesia secara umum. 

Risma yang blak-blakan membongkar hal ganjil tentang kondisi kepemimpinannya di Mata Najwa, menarik simpati publik via media sosial kian ramai kepada Risma. Risma pernah mau disogok 8 Miliyar oleh orang yang suruhan pihak tertentu untuk melunakkan hatinya menyetujui proyek tol di tengah kota. Dia menolak dan mengusir orang ke luar ruangannya. 

Wishnu Wawalkot Surabaya yang dilantik Mendagri sebagai pengganti Bambang DH diduga cacat hukum oleh Risma. Ada pemalsuan tandatangan panitia pemilihan pada saat pengusulan berkas ke Mendagri. Penetapan Wishnu yang juga Ketua PDIP Surabaya bermuatan politis. Risma tidak diajak berembuk dalam pemilihan itu. Ia merasa tak dihargai. 

Wishnu bukan orang baru di PDIP, darah “bantengnya” telah ada sejak kecil. Wishnu anak dari Almarhum Sutjipto (Mantan SekJend PDIP) tentu saja punya kekuatan yang cukup kuat sebagai anak ideologis mantan petinggi PDIP. Senioritas dan jasa almarhum Bapaknya untuk partai yang masih cukup kuat berpengaruh. Sedangkan Risma baru anak ‘banteng’ kemarin sore. Bukan sepenuhnya sebagai kader PDIP. Ia menjalankan mandat rakyat yang telah memilihnya 3 tahun lalu. Tentu saja banyak pihak pihak yang tidak senang dengan gaya kepemimpinanya yang tidak pandang bulu, setiap kebijakan yang tak berpihak kepada rakyat, ia tak sungkan untuk melawan ‘arus’ kepentingan partai pengusungnya. 

Jika Risma jadi mundur sebagai Walikota Surabaya, ini akan sangat berefek terhadap perolehan suara PDIP pada pemilu legislatif nantinya. Risma telah mendapat simpati publik yang luar biasa akibat pemberitaan media. Si twitter bahkan terdapat hastag #SaveRisma sebagai dukungan publik kepadanya. Beruntung Ketua PDIP Megawati sudah turun tangan mengatasi persoalan kisruh internal partainya. Jika tidak, maka siap-siap PDIP kehilangan banyak suara di pileg nantinya. []